BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Selasa, 14 Desember 2010

Sejarah IMM Tamaddun FAI UMM


IMM Komisariat Tamaddun FAI-UMM telah berdiri sejak 1980-an, setelah IMM Korkom UMM didirikan. Sejak saat itu sampai kini, IMM Tamaddun FAI dapat dikatakan cukup sukses melakukan regenerasi kekaderan dan kepemimpinan. Sejak awal kelahirannya pula, IMM Tamaddun FAI berijtihad membangun penguatan kelembagaan untuk menjadikan IMM Tamaddun FAI mampu bersaing pada level-level Intelektual, pergumulan wacana ilmiah dan terlebih ranah moralitas.

HISTORIS KEPEMIMPINAN TAMADDUN

Dalam catatan sejarah IMM Tamaddun FAI yang terlacak sampai sekarang. IMM Tamaddun FAI telah mampu melahirkan profil alumni yang dapat dibanggakan. Itu jika dilihat dari profil mantan ketua umum-nya.

Era 1993, IMM Tamaddun FAI dipimpin Immawan Syaukani (Saat ini masih aktif di Departemen Agama RI/Pusat-Jakarta).

Era 1993-1994, IMM Tamaddun FAI dipimpin Immawan Amin Prasojo (Catatan terakhir yang didapat admin Grup Tamaddun FAI-UMM, ia Dosen UIN Malang).

Era 1994-1995, IMM Tamaddun FAI, dinahkodai Immawan Khaidir (Catatan terakhir yang didapat admin Grup Tamaddun FAI-UMM , ia guru Sekolah Menengah di Kalimantan ).

Pada masa-masa itu, eksistensi IMM Tamaddun FAI belum dianggap. Baru pada era 1995-1996, ketika IMM Tamaddun FAI diketuai Immawan Sugeng Wiharto (Putera Kediri), IMM Tamaddun mengalami masa rekonstruksi, utamanya pada wilayah intelektualitas.

Setelah itu, tongkat estafet intelektualitas beralih kepada Immawan Azhar Muttaqin *1996-1997* (Saat ini masih aktis sebagai Dosen dan Kepala Lab Syari'ah FAI-UMM, alumnus Pps UMM dan Pasca Sarjana dari Timur Tengah).

Masa selanjutnya (1997-1998), Immawan Pradana Boy ZTF (Kini aktif sebagai Dosen UMM, dan PSIF UMM, alumnus the Australian National University (ANU), Canberra. Terkenal sebagai tokoh penggerak pemikiran Islam di Indonesia. Telah banyak menerbitkan buku). Pada eranya, Ia memprioritaskan mengangkat IMM Tamaddun FAI dalam percaturan mikro di IMM Malang. Dan pada periode inilah IMM Tamaddun FAI benar-benar mulai diperhitungkan.

Periode berikutnya, 1998-1999. Immawan Sumanwah melanjutkan tampuk kepemimpinan sampai digantikan Immawan Zainuddin, 1999-2000. Di dua periode ini, fokus gerakan yang diambil IMM Tamaddun FAI ialah mempertahankan dan meningkatkan nilai tawar IMM Tamaddun FAI di tataran Cabang Malang, sambil terus melakukan inovasi untuk mencetak kader-kader yang berkualitas.

Tahun berikutnya, Immawan Akhmad Fauzi (Mantan Ketua IMM Cabang Malang, kini almarhum) dilanjutkan Immawan Herman (2000-2001, alumnus Pasca UMM), Immawan Achmad Bagus (2001-2002, mengundurkan diri dan digantikan Immawati Luluk Ifayah), sampai dilanjutkan Immawan Subhan Setowara (2003-2004, saat ini aktif di PSIF). IMM Tamaddun FAI telah mampu menjadi corong IMM Malang pada tataran Intelektual serta penguasaan Mass Media, melalui para kader, senior dan alumninya. Seperti, Pradana Boy ZTF, Sofwan Effendy (Kini aktif meneribtkan buku dan Dosen Paramadina-Jakarta), Azhar Muttaqin (Ketiganya angkatan 1995). Mujtahid, Khilmi Arif (1996), Sumanwah (1997), Zainuddin, Imam Khafidzin (1998), Akhmad Fauzi, Herman, Achmad Bagus, Mufarrih, Ika Suciawati (1999), Junaidi, Hermin Sri Wulan, Muhammad Subhan Setowara, Elis Sholichah, Luluk Ifayah, Zulfan Baron (2000), Riza Abdul Mujib, Eko Prioyono (Kini, Wartawan Jawa Pos) -angkatan 2001-, Fachruddin Mth, Fachrurrozi Mth, Husnul Hotimah, dan Galuh Retno Sari (2002).

Pasca masa-masa keemasan itu, IMM Tamaddun FAI dihadapkan pada persoalan pentingnya mempertahankan identitas IMM Tamaddun berupa intelektualitas. Karenanya, periode 2004-2005, dibawah kepemimpinan Immawan Fahcruddin Mth (Kini Guru di Nganjuk), ia lebih banyak memerankan level intelektualitas kader ikatan. Periode selanjutnya (2005-2006), Immawan Nurus Sholihin (Kini aktivis Pemuda Muhammadiyah Sampang) memimpin IMM Tamaddun FAI yang saat itu dituntut untuk membangkitkan dan meningkatkan eksistensi kader ikatan Tamaddun yang sempat mengalami masa-masa surut pada periode 2004. Misi dimaksud ialah membangun kembali kekuatan kultural, intelektual dan politik. Dimasa berikutnya, tongkat estafet beralih kepada Immawan Ahmad Ba'its Diponegoro (2006-2007, kini Sekretaris Umum DPD IMM Jawa Timur, dan wartawan MATAN. Baru menerbitkan satu buah buku). IMM Tamaddun FAI dihadapkan pada konflik kebutuhan, yakni terdapat sejumlah kader ikatan yang mengalami masa-masa disorientasi kekaderan/organisasi dan di tempat berbeda sejumlah kader ikatan yang semangat dalam berorgarnisasi. Ditengah konflik kebutuhan di dua kutub angkatan yang berpengaruh pada ritme organisasi. IMM Tamaddun saat itu, dianggap mampu keluar dari masalah yang lebih parah pada periode sebelumnya. Pada wilayah eksternal, IMM Tamaddun lebih mampu bersaing secara politik.

Setelah masa kepemimpinan berakhir, Immawan Galih Tri Widagdo (2007-2008) membawa corak kepemimpinan Tamaddun yang berbeda dari periode sebelum-sebelumnya yang cenderung menekankan sisi intelektual. Di periode ini, IMM Tamaddun FAI tampak terlihat lebih ke arah seni. Terbukti mampu memunculkan kader-kader yang berpotensi menjadi seniman lukis, teater dan sebagainya. Pada masa ini, konflik internal antar angkatan kembali mencuat dan cenderung memunculkan isu-isu tak sedap, bahkan beberapa isu mengarah fitnah. Konflik baru cukup sedikit reda, menjelang akhir kepemimpinan.

Periode 2008-2009, Immawan Abror Ibrahim menerapkan gaya kepemimpinan sedikit berbeda. Prinsipnya, ia berusaha mengembalikan sisi intelektual kader Tamaddun. Teracatat, diperiodenya ia cukup berhasil menelurkan kader-kader Penulis. Dimasa kepemimpinannya, konflik di tubuh internal mulai dinetralisir, ia pun dinilai mampu merangkul kembali pihak-pihak bersengketa. Dalam wilayah politik, arah gerak politik yang sempat dirintis periode sebelumnya, telah mampu diterapkan secara bijak dan berhasil.

Era 2004-2009 di atas, telah juga berhasil menelurkan kader-kader penulis, seperti : Hikmatulloh, Sholeh Subagja, Nurus Sholihin, Ahmad Ba'its Diponegoro, Tinuk Dwi Cahyani, Farid Effendy, Nurul Hidayah (2003), Zaim Faridah (2004), Khusnul Amin, Rahmadhani Al-Barauwi, Faniah Rahmawati, Nasiatul Muyasaroh (2005), Ali Syafik (2006), Annisa Rosyidah, Raja Sahman Harahap, Muhammad Rajab (2007)
Kini di periode 2009-2010, IMM Tamaddun FAI dinahkodai Immawan Budi. Putera Madura yang dihadapkan pada tanggungjawab semakin banyaknya kuantitas calon kader Tamaddun.

Lantas bagaimana dari sisi politik?
IMM Tamaddun FAI sampai kini, telah mampu banyak bersaing. Sebagai bukti, terpilihnya Immawan Rahmadani Al-Barauwi sebagai Presidium Mahasiswa UMM, dan Immawan Ahmad Ba'its Diponegoro sebagai Sekretaris Umum DPD IMM Jawa Timur. Tercatat, inilah untuk pertama kalinya IMM Tamaddun FAI mampu menempatkan kader-kadernya pada dua posisi strategis di atas.

Keberhasilan ini tidak lepas dari peran aktor-aktor politik, seperti Immawan Ali Muthohirin, Immawan Edi Rudianto, Immawan Kukuh Dwi Kurniawan, dan Immawan Arif Rahmawan.

Dengan demikian, IMM Tamaddun FAI sekarang dapat dikatakan telah mampu menggunakan dua kekuatan. Pertama, Intelektual, dan Kedua, Politik.

Tinggal kini, usaha Immawati Rosyidah (selaku PJ ForJII) dapatkah menghasilkan kader-kader penulis lainnya? Dan dapatkah, ketiga aktor politik Tamaddun pun juga mampu menelurkan kader-kader politik lainnya?

Sumber Referensi : Tulisan Immawan Pradana Boy ZTF tentang sejarah IMM Tamaddun FAI dalam lembaran tentang Tamaddun (catatan masa silam), dan telah dilakukan perubahan sesuai perkembangan oleh Immawan Ahmad Ba'its Diponegoro
over a year ago · Report

0 komentar: